Pak Mahro sedang menyadap Pohon Aren |
Tumbuhan kokoh yang
menjulur vertikal tengah dipanjat majikannya. Dia selalu minta untuk dimanja
majikannya, dibelai setiap pagi dan sorenya. Loyalitas dia hanya diberikan
kepada majikannya satu-satunya. Bayangkan saja. Tak mau dinasihati, digertak,
diayomi, dirangkul, dipikul selain oleh majikannya. Reaksi kimia antara dia dan
majikannya sudah terjalin sejak pertama kali majikannya menyentuhnya. Dan sejak
saat itulah cinta dalam dirinya tumbuh sampai sekokoh saat ini. Dia hanya bisa
memberi kepada yang dia kenali itu mulai dari rambut hitamnya, tangan hijaunya,
darah manisnya, hingga berlian putihnya. Nyawa beserta cintanya baru redup
setelah majikannya tak lagi menyentuhnya, lalu ditebang orang lain dengan
urusan lain. Majikannya, dalam renungan hubungan manis dengan dia, tetap
menaruh rasa cinta buat dia. Cinta yang tak akan habis dimakan waktu, karena
anak cucu dia terus bertebaran di muka bumi dalam menjalin harapan hidup,
bibit-bibit yang mencari cinta sejati seorang manusia.
foto : Malik Abdul Azis (angkatan Q)
teks : M. Ridla Alfaruqi (angkatan O)
No comments:
Post a Comment
Pesan, kritik dan Saran yang membangun.